LIFE IS SELECTION

LIFE IS SELECTION
Hidup adalah pilihan. Tentukan pilihanmu jika tidak,,,pilihan yang akan menentukan hidupmu.

Rabu, 15 Mei 2013

PEMBUATAN KALIUM TETRAPEROKSOKROMAT (V)



LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II
PERCOBAAN VIII
PEMBUATAN KALIUM TETRAPEROKSOKROMAT (V)


Logo UH keren





OLEH:
NAMA                                                   : SARTINI
STAMBUK                                          : F1C1 11 046
KELOMPOK                                      : II (DUA)
ASISTEN                                              : LD. SYAHDAM HAMIDI



JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2013

PEMBUATAN KALIUM TETRAPEROKSOKROMAT (V)
A.    Tujuan Percobaan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam percobaan ini yaitu untuk mempelajari pembuatan kalium tetraperoksokromat (V).

B.     Landasan Teori
Logam kalium merupakan logam ketujuh paling banyak dan terkandung sebanyak 2.4% di dalam kerak bumi. Kebanyakan mineral kalium tidak terlarut dalam air dan unsur kalium sangat sulit diambil dari mineral-mineral tersebut. Mineral-mineral tertentu, seperti sylvite, carnalite, langbeinite, dan polyhalite ditemukan di danau purba dan dasar laut yang membentuk deposit dimana kalium dan garam-garamnya dengan mudah dapat diambil. Kalium ditambang di Jerman, negara bagian-negara bagian New Mexico, California, dan Utah. Deposit besar yang ditemukan pada kedalaman 3000 kaki di Saskatchewan, Kanada diharapkan menjadi tambang penting di tahun-tahun depan (Mohsin, 2006).
Kristal kalium dikromat dapat dibuat dengan mengkombinasikan reaksi yang berawal dari sumber ion kromium(III) seperti larutan kromium klorida. Tambahakan larutan kalium hidroksida untuk menghasilkan endapan hijau-biru dan kemudian larutan hijau tua yang mengandung ion [Cr(OH)6]3-. Harap diperhatikan bahwa harus menggunakan kalium hidroksida. Jika menggunakan natrium hidroksida, maka akan berakhir dengan pembentukan natrium dikromat (VI) (Shofyan, 2010).
Hidrogen peroksida dengan rumus kimia H2O2 ditemukan oleh Louis Jacques Thenard di tahun 1818. Senyawa ini merupakan bahan kimia anorganik yang memiliki sifat oksidator kuat. Bahan baku pembuatan hidrogen peroksida adalah gas hidrogen (H2) dan gas oksigen (O2). Teknologi yang banyak digunakan di dalam industri hidrogen peroksida adalah auto oksidasi Anthraquinone. H2O2 tidak berwarna, berbau khas agak keasaman, dan larut dengan baik dalam air. Dalam kondisi normal (kondisi ambient), hidrogen peroksida sangat stabil dengan laju dekomposisi kira-kira kurang dari 1% per tahun. Mayoritas pengunaan hidrogen peroksida adalah dengan memanfaatkan dan merekayasa reaksi dekomposisinya, yang intinya menghasilkan oksigen. Pada tahap produksi hidrogen peroksida, bahan stabilizer kimia biasanya ditambahkan dengan maksud untuk menghambat laju dekomposisinya. Termasuk dekomposisi yang terjadi selama produk hidrogen peroksida dalam penyimpanan. Selain menghasilkan oksigen, reaksi dekomposisi hidrogen peroksida juga menghasilkan air (H2O) dan panas (Skuler, 2007).
Penggunaan hidrogen peroksida atau H2O2 di industri kimia semakin meningkat seiring dengan tuntutan lingkungan yang semakin gencar disuarakan. Salah satu kelebihan hidrogen peroksida di bandingkan dengan bahan oksidator lain adalah sifatnya yang ramah lingkungan. Ketika hidrogen peroksida digunakan, ia tidak meninggalkan residu sama sekali, kecuali air (H2O) dan gas oksigen (O2) (Suherifauzan, 2010).


C.    Alat Dan Bahan
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
S Erlenmeyer 100 mL
S Neraca analitik
S Gelas kimia
S Pipet ukur
S Filler
S Batang pengaduk
S Elektromantel
S Corong
S Tabung reaksi
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu :
S K2CrO4
S KOH
S Es batu
S Garam
S Larutan H2O2 30% dan 3%
S Etanol
S Akuades
S Dietil eter
S H2SO4 encer


D.    Prosedur Kerja












Bevel: Filtrat

 



































                                                                                                    


% rendemen = 17,98%

E.     HASIL PENGAMATAN
  1. Reaksi :
2K2CrO4 + 9H2O2 + 2 KOH                           2K3[Cr(O2)4] + O2 + 10H2O
  1. Perhitungan :
a. Berat Teoritis
Ø  Berat K2CrO4                                = 0,5   g
Ø  Berat KOH                                   = 0,5   g
Ø  Berat kertas saring kosong            = 1,09 g
Ø  Berat kertas saring + kristal          = 1,25 g
Ø  Berat kristal                                   = 0,16 g   (Berat praktek)
Mol K2CrO4    =
Mol KOH        =
2K2CrO4    +   9H2O2    +   2KOH             2K3[Cr(O2)4]     +   O2    +  10 H2O
M :  0,003 mol                             0,008 mol
T  :  0,003 mol                             0,003 mol           0,003 mol
S   :        -                                    0,005 mol           0,003 mol
Mol K2CrO4     Mol K3[Cr(O2)4]
Berat teori = mol K3[Cr(O2)4] x Mr K3[Cr(O2)4]
                 = 0,003 mol x 297 g/mol
                 = 0,89 g
% rendemen =
                     =
                     = 17,98%
F.     PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini, akan dilakukan pembuatan kalium tetraperoksokromat (V) dengan mereaksikan antara K2CrO4 dan KOH dalam Erlenmeyer kemudian dilarutkan dengan akuades. Larutan campuran tersebut dicelupkan dalam wadah berisi air es dengan garam. Proses penambahan garam, bertujuan untuk menurunkan titik beku es sehinga dapat mempercepat proses pendinginan. Kemudian ditambahkan larutan HO2 30%.
Hidrogen peroksida dengan rumus kimia H2O2 ditemukan oleh Louis Jacques Thenard di tahun 1818. Senyawa ini merupakan bahan kimia anorganik yang memiliki sifat oksidator kuat. Bahan baku pembuatan hidrogen peroksida adalah gas hidrogen (H2) dan gas oksigen (O2). Teknologi yang banyak digunakan di dalam industri hidrogen peroksida adalah auto oksidasi Anthraquinone. H2O2 tidak berwarna, berbau khas agak keasaman, dan larut dengan baik dalam air. Dalam kondisi normal (kondisi ambient), hidrogen peroksida sangat stabil dengan laju dekomposisi kira-kira kurang dari 1% per tahun. Hidrogen peroksida ini berperan sebagai oksidator yang pada percobaan ini akan mereduksi senyawa kalium kromat menjadi senyawa tetraperoksokromat.
Kalium tetraperoksokromat(V) dibuat melalui reaksi hidrogen peroksida dengan kalium kromat dalam larutan alkali kuat dengan persamaan reaksi sebagai berikut : 2K2CrO4 + 9H2O2 + 2 KOH    2K3[Cr(O2)4]3+  + O2 + 10H2O
dari reaksi tersebut, atom O2- memiliki ikatan sangat lemah terhadap Cr pada senyawa kalium kromat. Karena ikatannya sangat lemah sehingga sangat mudah terjadi pergantian ikatan dengan atom lainnya.
Pada proses pembuatan kalium tetraperoksokromat (V), dilakukan penambahan H2O2. pada proses penambahan tersebut terjadi penggantian atom yang berikatan dengan Cr. Dimana, atom O2 dari H2O2 akan menggatikan atom O2-. Hal ini dapat erlihat dari reaksi berikut :
Senyawa kalium tetraperoksokromat (V) akan terbentuk ketika dilakukan penambahan H2O2. Pada penambahan H2O2, larutan tersebut diaduk dan didiamkan. Setelah terbentuk endapan lalu dicuci dengan etanol. Endapan yang diperoleh merupakan senyawa kalium tetraperoksokromat (V).
Setelah kristal kalium tetraperoksokromat (V) diperoleh, maka dilakukan analisis kemurnian dari senyawa tersebut. Analisis tersebut dapat dilakukan melalui penentuan kualitatif ion O2-. Hidrogen peroksida bereaksi dengan kalium kromat  dalam larutan asam, reaksi tersebut menghasilkan warna biru yang dapat diekstrak dalam eter. Seperti pada percobaan ini ketika larutan K2CrO4 yang ditambahkan sedikit air dan dilanjutkan dengan penambahan larutan H2O2 3%, dietil eter dan H2SO4 encer, larutan tersebut menghasilkan warna hijau. Sehingga dari perlakuan tersebut dapat simpulkan bahwa senyawa kalium tetraperoksokromat(V) yang diperoleh masih belum murni. Berat kristal yang diperoleh sebanyak 0,16 g dengan rendamen sebesar 17,98%.
G.    KESIMPULAN
Kalium tetraperoksokromat(V) dapat dibuat melalui reaksi hidrogen peroksida dengan kalium kromat dalam larutan alkali kuat. Pada analisis kemurnian kalium tetraperoksokromat(V), tidak terbentuk warna biru pada larutan K2CrO4 yang ditambahkan sedikit air dan dilanjutkan dengan penambahan larutan H2O2 3%, dietil eter dan H2SO4 encer. Sehingga dari perlakuan tersebut dapat simpulkan bahwa senyawa kalium tetraperoksokromat(V) yang diperoleh masih belum murni.











DAFTAR PUSTAKA
Mohsin, Y., 2006, Kalium. (http://www.chem-is-try.org/tabel_periodik/kalium/) diakses tanggal 7 Juni 2010.

Shofyan, 2010, Pembuatan Kristal Dikromat. (http://community.um.ac.id/ showthread. php?75793-Pembuatan-kristal-dikromat(VI)) diakses tanggal 7 Juni 2010.

Skuler, 2007, Mengenali Hidrogen Peroksida (H2O2). (http://www.forumsains.com/ index.php?page=30) diakses tanggal 7 Juni 2010.

Suherifauzan, 2010, MSDS Hodrogen Peroksida. (http://blog.unsri.ac.id/ Suherifauzan/about-teknik-kimia/msds-hidrogen-peroksida/ rdetail/12670/) diakses tanggal 7 Juni 2010.






















Selasa, 14 Mei 2013

MAKALAH METODE PEMISAHAN KIMIA KROMATOGRAFI CAIR


MAKALAH METODE PEMISAHAN KIMIA
KROMATOGRAFI CAIR


DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III
1.      HADI PRAWIRO
2.      MANAN SETIAWAN
3.      SARTINI
4.      DELVI
5.      SUKMA PUSPITA UTAMY
6.      DEDENG RASMIN N.A


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2013

KATA PENGANTAR


               Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “kromatografi cair”, meskipun dalam bentuk yang sederhana.
Penyusunan makalah ini, dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu meskipun tidak mudah dan ada beberapa hambatan dan kesulitan yang penyusun hadapi. Tetapi semua itu dapat kami lalui berkat bantuan dari teman-teman sekalian dan tak luput dari berkat dan rahmat Allah SWT.
Oleh karena itu, penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen mata kuliah yang telah menugaskan kepada kami untuk memaparkan materi mengenai kromatografi cair sehingga melalui makalah ini penulis dapat memperoleh ilmu pengetahuan baru khususnya pada kromatografi cair. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.


Kendari, 15 April 2013


                                                                                                        Penyusun


DAFTAR ISI

ii
i
KATA PENGANTAR ........................................................................................         
DAFTAR ISI ........................................................................................................         
1
1
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................
A.   
2
Latar Belakang............................................................................................
B.     Rumusan Masalah.......................................................................................
C.    
3
2
Tujuan ........................................................................................................        
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................
A.   
3
Kromatografi Padat-Cair (Adsorpsi) ..........................................................
B.    
6
Kromatografi Cair-Cair ..............................................................................
C.    
17
7
KCKT .........................................................................................................
D.   
17
Kromatografi Penukar Ion ........................................................................
E.     Kromatografi Eksklusi/ Permeasi Gel (GPC) ...........................................
20
           
BAB III KESIMPULAN ....................................................................................
21
           
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................



BAB I

PENDAHULUAN


A.      Latar Belakang


 Kromatografi adalah suatu istilah umum yang digunakan untuk bermacam-macam teknik pemisahan yang didasarkan atas partisi sampel diantara suatu rasa gerak yang bisa berupa gas ataupun cair dan rasa diam yang juga bisa berupa cairan ataupun suatu padatan. Penemu Kromatografi adalah Tswett yang pada tahun 1903, mencoba memisahkan pigmen-pigmen dari daun dengan menggunakan suatu kolom yang berisi kapur (CaSO4). lstilah kromatografi diciptakan oleh Tswett untuk melukiskan daerah-daerah yang berwarna yang bergerak kebawah kolom. Pada waktu yang hampir bersamaan, D.T. Day juga menggunakan kromatografi untuk memisahkan fraksi-fraksi petroleum, namun Tswett lah yang pertama diakui sebagai penemu dan yang menjelaskan tentang proses kromatografi.
Macam kromatografi yang dapat digunakan untuk memisahkan campuran zat-zat kimia yang terkandung dalam tumbuhan antara lain kromatografi lapis tipis, kromatografi kolom, kromatografi kertas, kromatografi gas, kromatografi cair kinerja tinggi.
HPLC adalah metode kromatografi yang menggunakan fase gerak cair dan fase diam padat/bahan pendukung untuk melakukan pemisahan suatu jenis molekul. Terdapat dua variasi utama yaitu, HPLC yang terdiri dari eluen polar dan fase diam non-polar atau eluen non-polar dan fase diam polar. Keduanya diklasifikasikan sebagai metodereversed-phase dannormal-phase. Metode reversed-phase yang akan dipakai dalam eksperimen ini menggunakan kolom octadecylsilane (ODS) dan partisi absorptif (dapat menyerap) utnuk memisahkan komponen-komponen dalam campuran.
Pada akhir tahun 1960 an, semakin banyak usaha dilakukan untuk pengembangan kromatografi cair sebagai suatu teknik mengimbangi kromatografi gas. High Performance Liquid Chromatography (HPLC) atau Kromatografi Cair Penampilan Tinggi atau High Preformance = Tekanan atau Kinerja Tinggi, High Speed = Kecepatan Tinggi dan Modern = moderen) telah berhasil dikembangkan dari usaha ini. Kemajuan dalam keduanya instrumentasi dan pengepakan kolom terjadi dengan cepatnya sehingga sulit untuk mempertahankan suatu bentuk hasil keahlian membuat instrumentasi dan pengepakan kolom dalam keadaan tertentu. Tentu saja, saat ini dengan teknik yang sudah matang dan dengan cepat KCKT mencapai suatu keadaan yang sederajat dengan kromatografi gas.

B.       Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada makalah ini, yaitu :
1.      Bagaimana kinerja kromatografi padat-cair (adsorpsi) ?
2.      Bagaimana kinerja kromatografi cair-cair ?
3.      Bagaimana kinerja KCKT ?
4.      Bagaimana kinerja kromatografi penukar ion ?
5.      Bagaimana kinerja Kromatografi Eksklusi/ Permeasi Gel (GPC) ?

C.      Tujuan

Adapun tujuan makalah ini, yaitu :
1.      Untuk mempermudah proses belajar metode pemisahan kimia terutama kromatografi.
2.      Untuk mengetahui cara pemisahan campuran berdasarkan metode kromatografi padat-cair (adsorpsi), kromatografi cair-cair, KCKT, kromatografi penukar ion dan Kromatografi Eksklusi/ Permeasi Gel (GPC).





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Kromatografi Padat-Cair (adsorbsi)
Kromatografi Padat-Cair (adsorbsi) adalah kromatografi pembagian dimana partisi terjadi antara fase gerak dan fase diam yang kedua-duanya zat cair. Dalam hal ini fase diam tidak boleh larut dalam fase gerak.
Umumnya sebagai fase diam digunakan air dan sebagai fase gerak adalah pelarut organik. Misalnya pada kromatografi kertas, sebagai fase diam adalah air yang terserap pada serat selulosa dari kertas.
Kesetimbangan penyerapan, ketika larutan mengalir melewati permukaan yang aktif pada benda padat, sebuah kesetimbangan akan terbentuk untuk penyerapan atau pengeluaran dari spesies tersebut. Hubungan antara konsentrasi yang diberikan oleh spesies dalam larutan dan jumlah yang diserap dapat digambarkan sebagai sebuah persamaan atau sebagai proses dari Cs (yang diserap) versus Cm (fase gerak), sebagaimana dalam gambar 5-2. Garis yang diperoleh disebut penyerapan isotherm sebagaimana diilustrasikan dalam gambar 5-2.
1. lurus. Ini merupakan situasi yang diinginkan, ini mengindikasikan bahwa permukaan tidak “penuh” dengan spesies  lekuk dari garis lurus isotherm memberikan distribusi koefisien dan dalam hal ini ia bebas dari total konsentrasi.
K = CS/CM      or        CS=KCM                                 (5-1)
2. cembung. Karena variasi dari aktifitas penyerapan pada tempat yang tepat, sebagian besar susunan menyimpang dari kelurusan. Banyak cairan dan zat padat mengikuti hubungan yang disebut sebagai isotherm freundlich.
K=CS/CM1/n      or        CS= KCM1/n                            (5-2)
dimana nilai dari variasi dengan sifat dasar susunan dan temperature, umumnya n>1 yang membuat menjadi cembung sebagai isotherm seperti yanpg ditunjukkan pada figure 5-2a. kebanyakan susunan gas dan zat padat kecepatan meyerap sesuai dengan daerah uang kosong sampai seluruh permukaan tertutupi dengan lapisan mono pada penyerapan spesies.

   
                 
Time
Gambar 5.1 Bentuk Isotherm untuk penyerapan dan Dampaknya pada Puncak Kurva
Demikian, kecepatan harus dikurangi sebagaimana konsentrasi ditingkatkan. Sebagai contoh, pada persamaan penyerapan reaksi kimia:
­                     (5-1)               
Dimana A adalah molekul yang diserap dari fase gas, S adalah tempat penyerapan yang kosong dan AS adalah molekul yang diserap oleh A. Kesetimbangan digambarkan dalam reaksi berikut:
K =                                               (5-3)
Dimana XA adalah  fraksi  mol A dan PA adalah tekanan. Dengan menggunakan persamaan rumus umum fraksi mol :
                          or                       (5-4)
Kemudian untuk menghitung seluruh bagian, nilai XAS pada persamaan rumus (5-4), disubstitusi ke persamaan rumus (5-3), sehinggadiperoleh :
K=                                                      (5-5)
Dengan mengubah fraksi mol menjadi konsentrasi, maka kita mendapatkan:
Cs =                                                      (5-6)
Dimana :          K         = Kapasitas absorben
                        Cs        = Konsentrasi fase diam
                        Cm       = Konsentrasi fase gerak
                        PA        = Tekanan
                        X         = Fraksi mol
                        k          = Konstanta tiap susunan
Persamaan 5-5 (5-6) disebut sebagai isotherm Langmuir dan juga menuntun pada isotherm convex yang meningkatkan nilai yang terbatas pada monolayer.
3. cekung, tambahan  reaksi yang mengambil tempat pada penyerapan biasanya mempertinggi proses penyerapan secara keseluruhan. Beberapa kasus tidak umum, tetapi tidak diketahui. Penyerapan isotherm membelok keatas seperti pada figure 5-2c.
Penyerapan. Relatifnya beberapa jenis bahan yang digunakan dalam penyerapan kromatografi gel silica dan aluminia adalah yang terpopuler. Kekuatan penyerapan bahan tergantung pada sifat dasar bahan kimia di permukaannya, area yang tepat, dan perlakuan yang diberikan. Sifat-sifat ini mudah untuk dimodifikasi tapi sulit untuk dikontrol, sehingga, urutan yang diberikan dalam tabel 5-1 tidak selalu dapat diamati.
Alumina          calcium carbonate
Charcoal          sucrose
Silica gel          starch
Magnesia         powdered cellulose
Tabel 5-1 Beberapa adsorbent secara umum disusun menurut penurunan kekuatan adsorptive




Kemampuan meniru permukaan adalah masalah yang pernah muncul dalam kromatografi. Aktifitas permukaan kebanyakan menyerap beberapa macam dari tempat satu ke tempat lain dengan partikel yang sama dan dari kumpulan satu ke kumpulan lain.
Alumina. Aktifitas penyerapan alumina dapat dikontrol dengan merubah-rubah jumlah kandungan airnya. Sehingga kita dapat mempersiapkan penyerapan yang sesuai dengan menurunkan pada 360°C selama 5 jam dan membiarkan bahan tersebut kering untuk menyerap dapat sejumlah air yang sesuai. Skala aktifitas Brockman berdasarkan jumlah air yang dikandung aluminia mengandung: I 0% H2O, II 3%, III 6%, IV 10%, V 15%. Nilai skala dapat ditentukan secara empiris melalui pengamatan sifat Kromatografi dari campuran Azo dye dibawah pengontrolan kondisi yang hati-hati.
Silica Gel. Walaupun silica gel mempunyai daerah permukaan yang lebih tinggi ( ca.500 m2/g), secara kimiawi kurang aktif dibanding oksid aluminium dan lebih disukai untuk pemisahan campuran organik yang sensitif ke penyusunan kembali pada permukaan katalitis yang aktif.
Pelarut. Pemilihan suatu bahan pelarut eluting sama pentingnya seperti pemiilihan adsorbent, fasa gerak cairan tidak hanya menyediakan transportasi sebagai pengangkut, tetapi juga mempengaruhi koefisien distribusi melalui pelarut penggerak. Dalam penambahan terhadap daya larut relatif dari zat terlarut dalam pelarut eluting, diperlukan untuk mempertimbangkan kompetisi antara zat terlarut dan zat pelarut untuk lokasi penyerapan pada atas permukaan dari  tahap keperluan.
B.     Kromatografi Cair-Cair
Kromatografi Cair-Cair adalah kromatografi penyerapan. Sebagai adsorben digunakan silika gel, alumina, penyaring molekul atau gelas berpori dipakai dalam sebuah kolom dimana komponen-komponen campuran dipisahkan dengan adanya fase gerak. Kromatografi kolom dan kromatografi lapis tipis (TLC) merupakan teknik pemisahan yang masuk golongan ini (www.nadjeeb.wordpress.com).
Fase kebalikan kromatograpi. Ada beberapa situasi pada dinding pemisah kromatograpi yang mana menguntungkan untuk menggunakan pelarut organik nonpolar sebagai fase diam dalam memperoleh banyak nilai yang baik untuk koefisien dinding pemisah. Secara jelas, dibutuhkan penambahan zat nonpolar padat. Bubuk karet yang dilapisi benzena adalah fase diam yang sangat memuaskan dengan sebuah fase gerak yang menghasilkan air.
C.    Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) dikenal juga dengan istilah High Performance Liquid Chromatography (HPLC). KCKT merupakan perangkat peralatan yang penting dalam perkembangan dunia analisis bahan baku maupun bahan pencemar. Fungsi utama KCKT pada dasarnya adalah kemampuannya dalam memisahkan berbagai komponen penyusun dalam suatu sampel. Kinerja tinggi dari kromatografi awalnya ditentukan oleh ketinggian tekanannya, namun perkembangan teknologi telah menghasilkan produk kromatografi cair berkinerja tinggi dengan tekanan yang tidak terlalu tinggi.
KCKT merupakan teknik pemisahan yang masih menjadi idola didunia analisis saat ini. KCKT digunakan secara luas dalam pemisahan dan pemurnian berbagai sampel dalam berbagai bidang seperti farmasi, lingkungan, industri makanan dan minuman, industri polimer dan berbagai bahan baku. KCKT lebih banyak digunakan untuk keperluan identifikasi (analisis kualitatif), kecuali jika KCKT ini dihubungkan dengan sebuah spektrometri massa (Mass Spectrometer (MS)), maka penggunaannya akan lebih memungkinkan dalam analisis kuantitatif.
Secara umum KCKT digunakan dalam kondisi-kondisi berikut:
  1. Pemisahan berbagai senyawa organik maupun anorganik, ataupun spesimen biologis
  2. Analisis ketidakmurnian (impurities)
  3. Analisis senyawa-senyawa yang tak mudah menguap (non-volatil)
  4. Penentuan molekul-molekul netral, ionik maupun zwitter ion
  5. Isolasi dan pemurnian senyawa
  6. Pemisahan senyawa-senyawa dengan struktur kimia yang mirip
  7. Pemisahan senyawa-senyawa dalam jumlah kecil (trace elements)
Banyak kelebihan metode ini jika dibandingkan dengan metode lainnya. Kelebihan itu antara lain:
·         mampu memisahkan molekul-molekul dari suatu campuran
·         mudah melaksanakannya
·         kecepatan analisis dan kepekaan yang tinggi
·         dapat dihindari terjadinya dekomposisi / kerusakan bahan yang dianalisis
·         Resolusi yang baik
·         dapat digunakan bermacam-macam detektor
·         Kolom dapat digunakan kembali • mudah melakukan "sample recovery"
High Performance Liquid Chromatography (HPLC) yang lebih dikenal dibandingkan dengan kromatografi cairan kinerja tinggi (KCKT) merupakan teknik analisis pemisahan sekaligus penentuan kualitatif maupun kuantitatif yang banyak digunakan pada senyawa-senyawa yang mempunyai titik didih tinggi yang tidak dapat dilakukan dengan analisis secara kromatografi gas.
Prinsip pemisahan HPLC sama dengan prinsip kromatografi pada umumnya yaitu berdasarkan pada perbedaan sifat dalam distribusi kesetimbangan (K) dari 2 komponen yang berbeda fasanya (fasa diam dan fasa gerak). HPLC terdiri dari fasa diam dengan permukaan aktifnya yang berupa padatan, resin penukar ion, atau polimer berpori yang ditempatkan pada kolom serta dialiri fase gerak cair dengan aliran yang diatur oleh suatu pompa. Analisis dengan HPLC dilakukan pada temperatur rendah serta dengan adanya kompetisi 2 fase (gerak dan diam). Migrasi dari molekul komponen akan sebanding dengan koefisien distribusinya, maka komponen dengan distribusi tinggi pada fase diam akan bergerak lebih perlahan didalam kolom sehingga dapat terpisah dari komponen yang distribusinya rendah.
Setiap komponen campuran yang keluar dari kolom dideteksi oleh detektor kemudian direkam dalam bentuk kromatogram. Jumlah peak pada kromatogram menyatakan jumlah komponen, sedangkan luas peak menyatakan konsentrasi komponen dalam campuran. Komputer dapat digunakan untuk mengontrol kerja sistem HPLC dan mengumpulkan serta mengolah data hasil pengukuran HPLC.
Komponen-komponen penting dari KCKT dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 5-2 Gambar Komponen-Komponen KCKT
a.      Pompa (Pump)
Fase gerak dalam KCKT adalah suatu cairan yang bergerak melalui kolom. Ada dua tipe pompa yang digunakan, yaitu kinerja konstan (constant pressure) dan pemindahan konstan (constant displacement). Pemindahan konstan dapat dibagi menjadi dua, yaitu: pompa reciprocating dan pompa syringe. Pompa reciprocating menghasilkan suatu aliran yang berdenyut teratur (pulsating),oleh karena itu membutuhkan peredam pulsa atau peredam elektronik untuk, menghasilkan garis dasar (base line) detektor yang stabil, bila detektor sensitif terhadapan aliran. Keuntungan utamanya ialah ukuran reservoir tidak terbatas.
Pompa syringe memberikan aliran yang tidak berdenyut, tetapi reservoirnya terbatas.

b.      Injektor
Sampel yang akan dimasukkan ke bagian ujung kolom, harus dengan disturbansi yang minimum dari material kolom. Ada dua model umum : a. Stopped Flow b. Solvent Flowing Ada tiga tipe dasar injektor yang dapat digunakan :
1.    Stop-Flow: Aliran dihentikan, injeksi dilakukan pada kinerja atmosfir, sistem tertutup, dan aliran dilanjutkan lagi. Teknik ini bisa digunakan karena difusi di dalam cairan kecil clan resolusi tidak dipengaruhi
2.    Septum: Septum yang digunakan pada KCKT sama dengan yang digunakan pada Kromtografi Gas. Injektor ini dapat digunakan pada kinerja sampai 60 70 atmosfir. Tetapi septum ini tidak tahan dengan semua pelarut-pelarut Kromatografi Cair.Partikel kecil dari septum yang terkoyak (akibat jarum injektor) dapat menyebabkan penyumbatan.
3.    Loop Valve: Tipe injektor ini umumnya digunakan untuk menginjeksi volume lebih besar dari 10 µ dan dilakukan dengan cara automatis (dengan menggunakan adaptor yang sesuai, volume yang lebih kecil dapat diinjeksifan secara manual). Pada posisi LOAD, sampel diisi kedalam loop pada kinerja atmosfir, bila VALVE difungsikan, maka sampel akan masuK ke dalam kolom.
c.       Kolom (Column)
Kolom adalah jantung kromatografi. Berhasil atau gagalnya suatu analisis tergantung pada pemilihan kolom dan kondisi percobaan yang sesuai. Kolom dapat dibagi menjadi dua kelompok :
1.      Kolom analitik : Diameter dalam 2 -6 mm. Panjang kolom tergantung pada jenis material pengisi kolom. Untuk kemasan pellicular, panjang yang digunakan adalah 50 -100 cm. Untuk kemasan poros mikropartikulat, 10 -30 cm. Dewasa ini ada yang 5 cm.
2.      Kolom preparatif: umumnya memiliki diameter 6 mm atau lebih besar dan panjang kolom 25 -100 cm. Kolom umumnya dibuat dari stainlesteel dan biasanya dioperasikan pada temperatur kamar, tetapi bisa juga digunakan temperatur lebih tinggi, terutama untuk kromatografi penukar ion dan kromatografi eksklusi. Pengepakan kolom tergantung pada model KCKT yang digunakan (Liquid Solid Chromatography, LSC; Liquid Liquid Chromatography, LLC; Ion Exchange Chromatography, IEC, Exclution Chromatography, EC).
d.      Detektor (Detector)
Suatu detektor dibutuhkan untuk mendeteksi adanya komponen sampel di dalam kolom (analisis kualitatif) dan menghitung kadamya (analisis kuantitatif).Detektor yang baik memiliki sensitifitas yang tinggi, gangguan (noise) yang rendah, kisar respons linier yang luas, dan memberi respons untuk semua tipe senyawa. Suatu kepekaan yang rendah terhadap aliran dan fluktuasi temperatur sangat diinginkan, tetapi tidak selalu dapat diperoleh. 
Detektor KCKT yang umum digunakan adalah detektor UV 254 nm. Variabel panjang gelombang dapat digunakan untuk mendeteksi banyak senyawa dengan range yang lebih luas. Detektor indeks refraksi juga digunakan secara luas, terutama pada kromatografi eksklusi, tetapi umumnya kurang sensitif jika dibandingkan dengan detektor UV. Detektor-detektor lainnya antara lain:
·         Detektor Fluorometer
·         Detektor Spektrofotometer Massa Detektor lonisasi nyala
·         Detektor Refraksi lndeks Detektor Elektrokimia
·         Detektor Reaksi Kimia
e.       Elusi Gradien
Elusi Gradien didefinisikan sebagai penambahan kekuatan fasa gerak selama analisis kromatografi berlangsung. Efek dari Elusi Gradien adalah mempersingkat waktu retensi dari senyawa-senyawa yang tertahan kuat pada kolom. Dasar-dasar elusi gradien dijelaskan oleh Snyder. Elusi Gradien menawarkan beberapa keuntungan :
1.      Total waktu analisis dapat direduksi
2.      Resolusi persatuan waktu setiap senyawa dalam campuran bertambah
3.      Ketajaman Peak bertambah (menghilangkan tailing)
4.      Efek sensitivitas bertambah karena sedikit variasi pada peak
Gradien dapat dihentikan sejenak atau dilanjutkan. Optimasi Gradien dapat dipilih dengan cara trial and error. Tabel 5-2. berikut ini menunjukkan kompatibilitas dari bermacam-macarn mode kromatografi cair dengan analisis gradien. Dalam praktek, gradien dapat diformasi sebelum dan sesudah pompa.
Tabel 5.-2 : Mode Kompatibilitas dengan Gradien
f.       Pengolahan Data (Data Handling)
Hasil dari pemisahan kromatografi biasanya ditampilkan dalam bentuk kromatogram pada rekorder. Suatu tipe Kromatogram dapat dilihat pada Gambar 3. 2 berikut ini.
Gambar 5-3 : kromatogram dari senyawa 5’ Nukleotida
Dari Gambar 5-3 waktu retensi dan volume retensi dapat diketahui /dihitung. Lni bisa digunakan untuk mengidentifikasi secara kualitatif suatu komponen, bila kondisi kerja dapat dikontrol. Lebar puncak dan tinggi puncak sebanding atau proporsional dengan konsentrasi dan dapat digunakan untuk memperoleh hasil secara kuantitatif.
g.      Fasa gerak
Di dalam kromatografi cair komposisi dari solven atau rasa gerak adalah salah satu dari variabel yang mempengaruhi pemisahan. Terdapat variasi yang sangat luas pada solven yang digunakan untuk KCKT, tetapi ada beberapa sifat umum yang sangat disukai, yaitu rasa gerak harus :
1.      Murni, tidak terdapat kontaminan
2.      Tdak bereaksi dengan wadah (packing)
3.      Sesuai dengan defektor
4.      Melarutkan sampel
5.      Memiliki visikositas rendah
6.      Bila diperlukan, memudahkan "sample recovery"
7.      Diperdagangan dapat diperoleh dengan harga murah (reasonable price)
Umumnya, semua solven yang sudah digunakan langsung dibuang karena prosedur pemumiannya kembali sangat membosankan dan mahal biayanya. Dari semua persyaratan di atas, persyaratan 1) s/d 4) merupakan yang sangat penting.
Menghilangkan gas (gelembung udara) dari solven, terutama untuk KCKT yang menggunakan pompa bolak balik (reciprocating pump) sangat diperlukan terutama bila detektor tidak tahan kinerja sampai 100 psi. Udara yang terlarut yang tidak dikeluarkan akan menyebabkan gangguan yang besar di dalam detektor sehingga data yang diperoleh tidak dapat digunakan (the data may be useless). Menghilangkan gas (degassing) juga sangat baik bila menggunakan kolom yang sangat sensitifterhadap udara (contoh : kolom berikatan dengan NH2).
h.      Keuntungan KCKT
KCKT dapat dipandang sebagai pelengkap Kromatografi Gas (KG). Dalam banyak hal kedua teknik ini dapat digunakan untuk memperoleh efek pemisahan yang sama membaiknya. Bila derivatisasi diperlukan pada KG, namun pada KCKT zat-zat yang tidak diderivatisasi dapat dianalisis. Untuk zat-zat yang labil pada pemanasan atau tidak menguap, KCKT adalah pilihan utama. Namun demikian bukan berarti KCKT menggantikan KG, tetapi akan memainkan peranan yang lebih besar bagi para analis laboratorium. Derivatisasi juga menjadi populer pada KCKT karena teknik ini dapat digunakan untuk menambah sensitivitas detektor UV Visibel yang umumnya digunakan.
KCKT menawarkan beberapa keuntungan dibanding dengan kromatografi cair klasik, antara lain:
·         Cepat: Waktu analisis umumnya kurang dari 1 jam. Banyak analisis yang dapat diselesaikari sekitar 15-30 menit. Untuk analisis yang tidak rumit (uncomplicated), waktu analisi kurang dari 5 menit bisa dicapai
·         Resolusi : Berbeda dengan KG, Kromatografi Cair mempunyai dua rasa dimana interaksi selektif dapat terjadi. Pada KG, gas yang mengalir sedikit berinteraksi dengan zat padat; pemisahan terutama dicapai hanya dengan rasa diam. Kemampuan zat padat berinteraksi secara selektif dengan rasa diam dan rasa gerak pada KCKT memberikan parameter tambahan untuk mencapai pemisahan yang diinginkan.
·         Sensitivitas detektor : Detektor absorbsi UV yang biasa digunakan dalam KCKT dapat mendeteksi kadar dalam jumlah nanogram (10-9 gram) dari bermacam- macam zat. Detektor-detektor Fluoresensi dan Elektrokimia dapat mendeteksi jumlah sampai picogram (10-12 gram). Detektor-detektor seperti Spektrofotometer Massa, Indeks Refraksi, Radiometri, dll dapat juga digunakan dalam KCKT
·         Kolom yang dapat digunakan kembali : Berbeda dengan kolom kromatografi klasik, kolom KCKT dapat digunakan kembali (reusable) . Banyak analisis yang bisa dilakukan dengan kolom yang sma sebelum dari jenis sampel yang diinjeksi, kebersihan dari solven dan jenis solven yang digunakan
·         Ideal untuk zat bermolekul besar dan berionik : zat – zat yang tidak bisa dianalisis dengan KG karena volatilitas rendah , biasanya diderivatisasi untuk menganalisis psesies ionik. KCKT dengan tipe eksklusi dan penukar ion ideal sekali untuk mengalissis zat – zat tersebut.
·         Mudah rekoveri sampel : Umumnya setektor yang digunakan dalam KCKT tidak menyebabkan destruktif (kerusakan) pada komponen sampel yang diperiksa, oleh karena itu komponen sampel tersebut dapat dengan mudah sikumpulkan setelah melewati detector. Solvennya dapat dihilangkan dengan menguapkan ksecuali untuk kromatografi penukar ion memerlukan prosedur khusus.
i.        Seleksi Tipe KCKT
Analisis (pengguna KCKT) sebelum mengoperasikan KCKT, harus membuat keputusan tipe yang mana yan gharus dipilih yang dapat memberikan informasi yang diinginkan. Skema I : Seleksi tipe KCKT adalah suatu petunjuk umum untuk seleksi tipe KCKT. Informasi ini akan memudahkan para analis untuk memutuskan pemelihan tipe KCKT yang memberikan para analis untuk memutuskan pemilihan tipe KCKT yang memberikan kemungkinan terbaik pada pemisahaan yang diinginkan. Namun, sampel yang tidak dikenal (unknown) akan menyulitkan pemilihannya tipe KCKT.  Informasi seperti kelarutan, gugus fungsi yang ada, besarnya Berat Molekul dapat diperoleh dari pembuat informasi, pemberi sampel, atau data spektroskopik seperti nucleic magnetic resonance Spectrosphotometer, infra red spectrophotometer, ultra violet spectrumeter, dan mass Spectrophotometer. Semua data-data ini dapat digunakan sebagai petunjuk bagi analis memilih tipe HPLC yang tepat untuk digunakan.
Skema 1 : Seleksi tipe KCKT
Dengan berpedoman pada Hukum Dasar "like dissolves like" maka sangat mudah untuk memutuskan tipe KCKT yang akan dipilih. Dari Skema 1 : Seleksi tipe KCKT, dengan cepat kita dapat melihat bahwa Berat Molekul (BM) lebih besar dari 2000, maka kita dapat menggunakan kromatografi eksklusi. Fasa geraknya adalah air jika sampelnya larut dalam air; bila dapat larut dalam pelarut organik maka digunakanpelarut- pelarut organik sebagai rasa gerak. Fasa diamnya adalah Sephadex atau (Bondagel Seri E untuk rasa gerak air dan Styragel atau MicroPak TSK gel untuk rasa gerak organik. Bila BM lebih rendah dari 2000, pertama yang harus ditentukan adalah  apakah sampel dapat larut dalam air. Bila sampel dapat larut dalam air, maka kromatografi partisi rasa terbalik atau kromatografi penukar ion dapat digunakan. Bila kelarutan dipengaruhi oleh penambahan asam atau basa atau bila pH larutan bervariasi lebih dari 2 (dua) satuan pH dari pH 7, maka kromatografi penukar ion adalah pilihan utama. Bila kelambatan tidak dipengaruhi oleh asam dan basa dan larutan sampel adalah netral, maka kromatografi partisi rasa terbalik adalah pilihan terbaik. Tipe Eksklusi menggunakan ukuran poros yang kecil dan rasa air dapat juga dicoba.
Bila sampel tidak larut dalam air, kromatografi partisi atau kromatografi padat cair dianjurkan untuk digunakan. Untuk pekerjaan rutin disarankan menggunakan kromatografi partisi fasa terikat normal karena kolom-kolom ini tidak begitu rumit dalam perawatannya setelah digunakan. Untuk sampel-sampel isomer kromatografi padat cair lebih baik digunakan. Bila sampel memiliki perbedaan ukuran partikel yang besar, kromatografi eksklusi sterik dengan fasa gerak organik dapat juga digunakan.
D.    Kromatografi Penukar Ion (IEC)
Teknik ini tergantung pada penukaran (adsorpsi) ion-ion di antara fase gerak dan tempat-tempat berion dari pengepak. Kebanyakan mesin-mesin berasal dari kopolimer divinilbenzen stiren dimana gugus-gugus fungsinya telah ditambah. Asam sulfonat dan amin kuarterner merupakan jenis resin pilihan paling baik untuk digunakan Keduanya, fase terikat dan resin telah digunakan. Teknik ini digunakan secara luas dalam life sciences dan dikenal untuk pemisahan asam-asam amino. Teknik ini dapat dipakai untuk keduanya kation dan anion
E.     Kromatografi Eksklusi / Permeasi Gel (GPC)
Teknik ini unik karena dalam pemisahan didasarkan pada ukuran molekul dari zat padat. Pengepak adalah suatu gel dengan permukaan berlubang-lubang sangat kecil (porous) yang inert. Molekul-rnolekul kecil dapat masuk dalarn jaringan danditahan dalam fase gerak yang menggenang (stagnat  mobile phase). Molekul- molekul yang lebih besar, tidak dapat masuk kedalam jaringan dan lewat melalui kolom tanpa ditahan. 
Kromatografi eksklusi rnernpunyai banyak nama, yang paling umum disebut permeasi gel (GPC) dan filtrasi gel. Apapun namanya, mekanismenya tetap sama. Dalam bidang biologi, Sephadex, suatu Cross-linked dextran gel, telah digunakan secara luas, hanya pengepak keras dan semi keras (polistiren, silika, glass) yang digunakan dalam KCKT. Dextran gel lunak tidak dapat menahan kinerja diatas 1 atau 2 atmosfer. Tenik ini dikembangkan untuk analisis polimer-polimer dan bahan-bahan biologi, terutama digunakan untuk rnolekul-molekul kecil.
Kromatografi pertukarann molekul atau sering disebut dengan kromatografi permeasi gel (GPC) merupakan metode kromatografi baru, meliputi kromatografi eksklusi, kromatografi penyaring gel, dan kromatografi permeasi gel. Metode ini dapat digunakan terhadap suatu cuplikan yang larut dan penggunaan utama kromatografi gel biasanya dalam salah satu dari tiga hal ini. Pertama, kromatografi gel sangat berguna untuk untuk pemisahan spesies dengan berat molekul tinggi (BM >2000), terutama yang tak terionkan. Selain dari resolusi dari setiap makro molekuler seperti protein dan asam nukleat, kromatografi gel dapat digunakan untuk mendapatkan distribusi berat molekul dari polimer sintetis. Kedua, campuran sederhana dapat dipisahkan secara mudah dengan kromatografi gel, terutama jika penyusun campuran itu memiliki berat molekul yang sangat berbeda. Untuk hal ini dapat dilakukan dalam jumlah besar. Ketiga, kromatografi gel sangat cocok untuk kerja awal, pemisahan eksplorasi dari cuplikan yang tak diketahui. Pemisahan ini memberikan gambaran isi cuplikan, sehingga dapat diketahui dengan cepat apakah cuplikan itu memiliki berat molekul rendah atau berat molekul tinggi.
Kromatografi gel memiliki beberapa keuntungan dalam penggunaannya:
1.      Pita-pita sempit
2.      Waktu pemisahan pendek, mudah diramalkan
3.      Tidak terjadi kehilangan cuplikan atau reaksi selama pemisahan.
4.      Hanya terjadi sedikit masalah dalam deaktivasi kolom.
Kromatografi gel juga memiliki kelemahan
1.      Kapasitas terbatas
2.      Tidak dapat digunakan untuk cuplikan yang mempunyai ukuran hampir sama.
3.      Prinsip pemisahan tidak seperti kromatografi lain.
Kekurangan yang paling menonjol adalah kapasitas puncak yang terbatas. Ini berarti hanya ada sedikit pita yang dapat dihubungkan dengan kromatogram total, karena kromatogram cukup pendek semua senyawa terelusi sebelum total. Pada kromatografi gel jarang terlihat lebih dari enam pita pada satu kromatogram. Ini berarti bahwa kromatografi gel biasanya tidak dapat memisahkan secara sempurna suatu cuplikan kompleks, tanpa pemisahan lebih lanjut dengan metode lain.
Kekurangan kedua adalah tidak dapat memisahkan senyawa-senyawa yang mempunyai ukuran hampir sama. Perbedaan pada kromatografi gel adalah prinsip pemisahan yang berbeda denganyang digunakan metode kromatografi lain. Konsep factor pemisahan α, dan factor kapasitas k’ tidak bisa digunakan. Susunan fasa gerak juga relative tidak penting pada kromatografi gel.
Pengelompokkan berbagai penggunaan kromatografi gel biasanya dibagi dalam dua teknik yaitu teknik filtrasi gel (pelarut air) dan kromatografi permeasi gel (pelarut organik).






BAB III
KESIMPULAN

1.        Kromatografi Padat-Cair (adsorbsi) adalah kromatografi pembagian dimana partisi terjadi antara fase gerak dan fase diam yang kedua-duanya zat cair.
2.        Kromatografi Cair-Cair adalah kromatografi penyerapan. Sebagai adsorben digunakan silika gel, alumina, penyaring molekul atau gelas berpori dipak dalam sebuah kolom dimana komponen-komponen campuran dipisahkan dengan adanya fase gerak.
3.        KCKT merupakan teknik analisis pemisahan sekaligus penentuan kualitatif maupun kuantitatif yang banyak digunakan pada senyawa-senyawa yang mempunyai titik didih tinggi yang tidak dapat dilakukan dengan analisis secara kromatografi gas.
4.        Kromatografi Penukar Ion tergantung pada penukaran (adsorpsi) ion-ion di antara fase gerak dan tempat-tempat berion dari pengepak.
5.        Kromatografi Eksklusi/ Permeasi Gel (GPC) merupakan pemisahan didasarkan pada ukuran molekul dari zat padat.














DAFTAR PUSTAKA

Robert I. Pesok. 1968. Modern Methods Of Chemical Analysis Second Edition. University Of Hawaii.