LIFE IS SELECTION

LIFE IS SELECTION
Hidup adalah pilihan. Tentukan pilihanmu jika tidak,,,pilihan yang akan menentukan hidupmu.

Selasa, 14 Mei 2013

TITRASI PENGENDAPAN



LAPORAN  PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK
PERCOBAAN VII
TITRASI PENGENDAPAN



O L E H

                           NAMA                                   : SARTINI
                           STAMBUK                           : F1C1 11 046
                           KELOMPOK                        : II
                           ASISTEN PEMBIMBING : ACHMAD MARSUKI PUTRA
                                     




LABORATORIUM KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2012

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Titrasi pengendapan merupakan titrasi yang melibatkan pembentukan endapan dari garam yang tidak mudah larut antara titrant dan analit. Hal dasar yang diperlukan dari titrasi jenis ini adalah pencapaian keseimbangan pembentukan yang cepat setiap kali titran ditambahkan pada analit, tidak adanya interferensi yang menggangu titrasi, dan titik akhir titrasi yang mudah diamati.
Salah satu jenis titrasi pengendapan yang sudah lama dikenal adalah melibatkan reaksi pengendapan antara ion halida (Cl-, I-, Br-) dengan ion perak Ag+. Titrasi ini biasanya disebut sebagai Argentometri yaitu titrasi penentuan analit yang berupa ion halida (pada umumnya) dengan menggunakan larutan standart perak nitrat AgNO3. Titrasi argentometri tidak hanya dapat digunakan untuk menentukan ion halida akan tetapi juga dapat dipakai untuk menentukan merkaptan (thioalkohol), asam lemak, dan beberapa anion divalent seperti ion fosfat PO43- dan ion arsenat AsO43-.
Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah larut antara titran dengan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi penentuan NaCl dimana ion Ag+ dari titrant akan bereaksi dengan ion Cl- dari analit membentuk garam yang tidak mudah larut AgCl.
Ketajaman titik ekuivalen tergantung dari kelarutan endapan yang terbentuk dari reaksi antara analit dan titrant. Endapan dengan kelarutan yang kecil akan menghasilkan kurva titrasi argentometri yang memiliki kecuraman yang tinggi sehingga titik ekuivalen mudah ditentukan, akan tetapi endapan dengan kelarutan rendah akan menghasilkan kurva titrasi yang landai sehingga titik ekuivalen agak sulit ditentukan. Hal ini analog dengan kurva titrasi antara asam kuat dengan basa kuat dan anatara asam lemah dengan basa kuat.
Pada percobaan ini akan dilakukan titrasi pengendapan dengan menggunakan larutan standart perak nitrat AgNO3 dengan larutan KBr. Percobaan ini melibatkan ion halida Br- dengan ion perak Ag+ untuk mendapatkan endapan AgBr. Terbentuknya endapan tersebut dapat diketahui dengan melakukan percobaan ini.

B.  Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada percobaan ini yaitu bagaimana penentuan kadar bromida dalam sampel dengan cara fajans ?

C.  Tujuan Percobaan
Adapun tujuan percobaan yaitu penentuan kadar bromida dalam sampel dengan cara fajans.









BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Endapan adalah zat yang memisahkan diti sebagai suatu fase padat yang keluar dari larutan. Endapan dapat berupa kristal atau koloid, dan dapat dikeluarkan dari larutan dengan penyaringan atau penyusingan (centrifuge). Endapan terbentuk jika larutan menjadi larutan jenuh dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan tidak bergantung pada tekanan karena prosesnya dilakukan dalam bejana terbuka pada tekanan atmosfer. Kelarutan zat bergantung pada sifat dan konsentrasi zat lain, terutama ion-ion dalam campuran tersebut (Vogel, 1985).
Titrasi argenometri dengan cara fajans adalah sama seperti pada cara Mohr, hanya terdapat perbedaan pada jenis indikator yang digunakan. Indikator yang digunakan dalam cara ini adalah indikator absorbsi seperti cosine atau fluonescein menurut macam anion yang diendapkan oleh Ag+. Titrannya adalah AgNO3 hingga suspensi violet menjadi merah. pH tergantung pada macam anion dan indikator yang dipakai. Indikator absorbsi adalah zat yang dapat diserap oleh permukaan endapan dan menyebabkan timbulnya warna. Pengendapan ini dapat diatur agar terjadi pada titik ekuivalen antara lain dengan memilih macam indikator yang dipakai dan pH. Sebelum titik ekuivalen tercapai, ion Cl- berada dalam lapisan primer dan setelah tercapai ekuivalen maka kelebihan sedikit AgNO3 menyebabkan ion Cl- akan digantikan oleh Ag+ sehingga ion Cl- akan berada pada lapisan sekunder (Khopkhar, 1990).
Titrasi merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk mengetahui jumlah zat kimia yang luas pemakaiannya. Pada dasarnya cara titrimetri ini terdiri dari pengukuran volume larutan pereaksi yang dibutuhkan untuk bereaksi secara stoikiometri dengan zat yang akan ditentukan. Larutan pereaksi ini biasanya diketahui kepekatannya dengan pasti dan disebut pentiter atau larutan baku. Sedangkan proses penambahan pentiter ke dalam larutan zat yang akan ditentukan disebut titrasi. Dalam proses titrasi pengendapan, ada beberapa hal yang mesti diperhatikan yaitu sebagai berikut terjadinya kesetimbangan, zat yang akan ditentukan harus bereaksi secara stoikiometri dengan zat pentiter, endapan yang terbentuk harus cukup sukar larut, sehingga terjamin kesempurnaan reaksi sampai 99,9%, harus tersedia cara penentuan titik akhir yang sesuai (Rivai, 1995).
Titrasi yang meliputi reaksi-reaksi pengendapan tidak hampir demikian melimpah pada analisa titrimetrik seperti yang meliputi reaksi-reaksi redoks. Titrasi yang terbatas ini melibatkan pengendapan ion perak dengan ion seperti halogen dan tiosianat. Hal ini disebabkan karena tidak adanya indikator yang sesuai. Pada titrasi larutan encer, kecepatan reaksinya terlalu lambat untuk titrasi secara mudah. Karen titik ekivalen didekati dan titran ditambahkan secara perlahan-lahan, maka suatu derajat lewat jenuh yang tinggi tidak akan  terjadi dan pengendapan akan berlangsung secara lambat (Underwood dan Day, 1980).
Argentometri adalah titrasi dengan menggunakan larutan AgNO3. Argentometri dibedakan menjadi dua golongan, yaitu argentometri pemebentukan endapan dan Argentometri pembentukan kompleks (Noor dan Aminhar, 2006). Titrasi argentometri merupakan titrasi dengan menggunakan larutan perak nitrat untuk menentukan kadar halogen. Penelitian ini menggunakan titrasi argentometri dengan metode Mohr yakni mula-mula Ag+ yang ditambahkan bereaksi membentuk endapan AgCl berwarna putih. Apabila Cl- sudah habis bereaksi maka kelebihan Ag+ selanjutnya bereaksi dengan CrO42- yang berasal dari indikator K2CrO4 yang ditambahkan dan membentuk endapan Ag2CrO4 yang berwarna merah bata, berarti titik akhir titrasi sudah tercapai (Antara, et al., 2008).
Titrasi argentometri didasarkan pada reaksi :
AgNO3 + Cl-           AgCl + NO3-
Metode ini membutuhkan larutan titran yang cukup banyak dan keakuratannya
sangat bergantung pada kecermatan personal yang melakukan dalam menentukan
titik akhir titrasi serta waktu titrasi yang cukup lama. Dalam praktek,  biasanya
terjadi perbedaan antara titk ekivalen dan titik akhir titrasi sehingga menyebabkan
hasil yang sedikit bias (Rachmat, et al., 2010).
Pada proses titrasi, pereaksi ditambahkan secara bertetes-tetes ke dalam
analit, biasanya menggunakan buret. Pereaksi adalah larutan standar yang
konsentrasinya telah diketahui dengan pasti dengan cara distandarisasi. Penambahan pereaksi dilakukan terus menerus hingga teracapai ekivalen antara
pereaksi dan analit, keadaan ini disebut titik ekivalen. Agar dapat mengetahui kapan terjadinya ekivalen antara pereaksi dan analit, para kimiawan menambahakan zat kimia yang dinamakan indikator. Indikator akan memberikan reaksi berupa perubahan warna larutan, terbentuknya endapan, atau terbentuknya senyawa kompleks berwama. Saat terjadinya tanggap tersebut disebut titik akhir titrasi (Soebiyanto, et al., 2005).

























BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A.      Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 09 Oktober 2012 dan bertempat di Laboratorium Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Haluoleo Kendari.

B.       Alat dan Bahan

1.    Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah :
-       Pipet ukur 25 mL
-       Labu ukur 100 mL
-       Erlenmeyer 250 mL
-       Statif dan klem
-       Buret 25 mL
-       Gelas piala 250 mL
-       Pipet tetes  
2.    Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah :
-       KBr
-       Fluorosein 0,1 %
-       AgNO3 0,1 N
-       Aquades
C.     Prosedur Kerja
1,2 gram KBr
-   dilarukan dengan aquades dalam labu ukur 100mL
Larutan KBr
 





Volume AgNO3 yang digunakan = 15 mL
Kadar Bromida  = 59,5 %
-     dipipet 25 mL
-     dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250mL
Larutan KBr dalam erlenmeyer
-     ditambahkan tiga tetes larutan fluoresein 1%
-     dititrasi dengan AgNO3 0,1 N
-     dikocok agak kuat sampai timbul warna pada permukaan endapan
-     dihitung volume AgNO3 yang terpakai
-     dihitung kadar bromida
 





















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.  Hasil Pengamatan
1.      Tabel Pengamatan
No
Perlakuan
Hasil Pengamatan
1
KBr + Fluoresein
Menghasilkan warna hijau kekuning-kuningan
2
KBr + fluoresein dititrasi dengan AgNO3
Warna permukaan endapan merah muda

2.      Perhitungan
Diketahui :
                        N AgNO3        = 0,1N = 0,1mol.ek/L
                        V AgNO3          = 15 mL = 15.10-3 L
                        Mr KBr           = 119 g/mol
                        Berat sampel   = 1,2 g
            Ditanyakan : % Bromida = ...?
            Penyelesaian :
            Kadar Bromida =
                                      =
                                      = 59,5 %
3.      Reaksi yang terjadi :   AgNO3    +    KBr                      AgBr    +    KNO3


B.  Pembahasan
Argentomentri atau Titrasi pengendapan adalah penetapan kadar zat yang didasarkan atas reaksi pembentukan endapan dari komponen zat uji dengan titran larutan perak nitrat. Pada argentometri, ion perak memegang peranan penting dalam pembentukan endapan cara ini dipakai untuk penetapan kadar ion halida, anion yang dapat membentuk endapan garam perak, atau untuk penetapan kadar perak tersebut.
Titrasi pengendapan merupakan titrasi yang melibatkan pembentukan endapan dari garam yang tidak mudah larut antara titrant dan analit. Hal dasar yang diperlukan dari titrasi jenis ini adalah pencapaian keseimbangan pembentukan yang cepat setiap kali titran ditambahkan pada analit, tidak adanya interferensi yang menggangu titrasi, dan titik akhir titrasi yang mudah diamati.
Pada percobaan ini bahan yang digunakan sebagai titrant yaitu KBr. Pemilihan ion Br- ini karena mudah teridentifikasi dan memiliki elektronegativitas tinggi yang cenderung membentuk endapan. Ketika melarutkan KBr dengan aquades kemudian larutan tersebut ditambahkan dengan indikator fluorosein dan dikocok sampai homogen terjadi perubahan warna larutan menjadi hijau kekuning-kuningan. Pemberian indikator fluorosein tersebut karena memberikan perubahan yang nampak pada titik akhir titrasi. Selain itu, indikator fluorosein tidak ikut bereaksi namun mempengaruhi proses titrasi. Setelah larutan berubah warna akibat penambahan indikator, maka larutan selanjutnya dititrasi dengan AgNO3. Ketika tercapai titik akhir pada larutan, ion Ag+ dalam keadaan berlebihan dan ion Ag+ ini menjadi lapisan adsorpsi pertama dan ion NO3- ditandai dengan warna merah muda pada permukaan endapan dari senyawa kompleks antara ion fluorosein dan ion perak yang terbentuk pada permukaan setelah kelebihan ion perak dan pemberian fluorosein. Titik eqivalen terjadi karena titrant dan titratnya memiliki jumlah mol yang sama.
Larutan tersebut dititrasi sampai muncul sifat fisika dari larutan seperti perubahan warna dan terbentuknya endapan  sehingga pada saat itulah titrasi dihentikan atau disebut titik akhir titrasi. Terbentuknya endapan tergantung dari Ksp suatu larutan. Jika Ksp<Q maka larutan akan membentuk endapan. Setelah tercapai titik akhir titrasi maka dihitung volume AgNO3 yang digunakan yaitu sebesar 15 mL sehingga dapat dihitung kadar bromida dalam larutan sebesar 59,5 %.













BAB V
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah kadar bromida dalam sampel dengan cara fajans sebesar 59,5 %.

B.  Saran
Saran yang dapat saya berikan adalah kelengkapan bahan yaitu AgNO3 untuk percobaan titrasi pengendapan ini segera dilengkapi agar praktikan bisa melakukan dan menganalisa sendiri tentang titrasi pengendapan.
















DAFTAR PUSTAKA
Antara, I K. G., I W. Budiarsa Suyasa, dan A. A. Bawa Putra, 2008, Kajian Kapasitas dan Efektivitas Resin Penukar Anion untuk Mengikat Klor dan Aplikasinya pada Air, Jurnal Kimia 2. Vol. 2 No. 87.

Badawi, Rachmat, Ismulawardi, Agoes Noegraha, dan Subroto, 2010, Pemanfaatan Grafit Pensil sebagai Elektrode Selektif Ion Bermembran AgCl/Ag2S untuk Analisa Ion Klorida, Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, Surabaya.

Khopkhar, SM., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI Press, Jakarta.

Rivai. H., 1995, Asas Pemeriksaan Kimia, Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Soebiyanto, Nur Hidayati, Dewi Sulistyawati, 2005, Konsentrasi Indikator Terkontrol Pada Argentometri Mohr, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Setia Budi, Surakarta.

Underwood, A.L, dan Day, R.A., 1981,  Analisis Kimia Kuantitatif,  Erlangga, Jakarta.

Vogel, 1985, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Jilid I, PT. Kalman Media Pustaka, Jakarta.

Yudhi, Noor dan Aminhar Lakoni, 2006, Analisis Khlorida Di Dalam Serbuk UO2 dengan Teknik Titrasi Potesiometrik, Prosiding Presentasi Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuklir VI, Jakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar