LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK
PERCOBAAN VII
TITRASI
PENGENDAPAN
O L E H
NAMA :
SARTINI
STAMBUK :
F1C1 11 046
KELOMPOK :
II
ASISTEN PEMBIMBING : ACHMAD MARSUKI PUTRA
LABORATORIUM KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Titrasi
pengendapan merupakan titrasi yang melibatkan pembentukan endapan dari garam
yang tidak mudah larut antara titrant dan analit. Hal dasar yang diperlukan
dari titrasi jenis ini adalah pencapaian keseimbangan pembentukan yang cepat
setiap kali titran ditambahkan pada analit, tidak adanya interferensi yang
menggangu titrasi, dan titik akhir titrasi yang mudah diamati.
Salah satu
jenis titrasi pengendapan yang sudah lama dikenal adalah melibatkan reaksi
pengendapan antara ion halida (Cl-, I-, Br-)
dengan ion perak Ag+. Titrasi ini biasanya disebut sebagai
Argentometri yaitu titrasi penentuan analit yang berupa ion halida (pada
umumnya) dengan menggunakan larutan standart perak nitrat AgNO3.
Titrasi argentometri tidak hanya dapat digunakan untuk menentukan ion halida akan tetapi juga dapat dipakai untuk menentukan merkaptan (thioalkohol),
asam lemak, dan beberapa anion divalent seperti ion fosfat PO43-
dan ion arsenat AsO43-.
Dasar
titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah larut antara titran
dengan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi penentuan NaCl
dimana ion Ag+ dari titrant akan bereaksi dengan
ion Cl- dari analit membentuk garam yang tidak mudah larut AgCl.
Ketajaman titik ekuivalen tergantung
dari kelarutan endapan yang terbentuk dari reaksi antara analit dan titrant.
Endapan dengan kelarutan yang kecil akan menghasilkan kurva titrasi
argentometri yang memiliki kecuraman yang tinggi sehingga titik ekuivalen mudah
ditentukan, akan tetapi endapan dengan kelarutan rendah akan menghasilkan kurva
titrasi yang landai sehingga titik ekuivalen agak sulit ditentukan. Hal ini
analog dengan kurva titrasi antara asam kuat dengan basa kuat dan anatara asam
lemah dengan basa kuat.
Pada percobaan ini
akan dilakukan titrasi pengendapan dengan menggunakan larutan standart perak
nitrat AgNO3 dengan larutan KBr. Percobaan ini melibatkan ion
halida Br- dengan ion perak Ag+ untuk mendapatkan endapan
AgBr. Terbentuknya endapan tersebut dapat diketahui
dengan melakukan percobaan ini.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah
pada percobaan ini yaitu bagaimana penentuan kadar bromida dalam sampel dengan
cara fajans ?
C. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan
percobaan yaitu penentuan kadar bromida dalam sampel dengan cara fajans.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Endapan adalah zat yang
memisahkan diti sebagai suatu fase padat yang keluar dari larutan. Endapan
dapat berupa kristal atau koloid, dan dapat dikeluarkan dari larutan dengan
penyaringan atau penyusingan (centrifuge).
Endapan terbentuk jika larutan menjadi larutan jenuh dengan zat yang
bersangkutan. Kelarutan tidak bergantung pada tekanan karena prosesnya
dilakukan dalam bejana terbuka pada tekanan atmosfer. Kelarutan zat bergantung
pada sifat dan konsentrasi zat lain, terutama ion-ion dalam campuran tersebut
(Vogel, 1985).
Titrasi argenometri dengan cara
fajans adalah sama seperti pada cara Mohr, hanya terdapat perbedaan pada jenis
indikator yang digunakan. Indikator yang digunakan dalam cara ini adalah
indikator absorbsi seperti cosine atau fluonescein menurut macam anion yang
diendapkan oleh Ag+. Titrannya adalah AgNO3 hingga
suspensi violet menjadi merah. pH tergantung pada macam anion dan indikator
yang dipakai. Indikator absorbsi adalah zat yang dapat diserap oleh permukaan
endapan dan menyebabkan timbulnya warna. Pengendapan ini dapat diatur agar
terjadi pada titik ekuivalen antara lain dengan memilih macam indikator yang
dipakai dan pH. Sebelum titik ekuivalen tercapai, ion Cl- berada dalam lapisan
primer dan setelah tercapai ekuivalen maka kelebihan sedikit AgNO3 menyebabkan
ion Cl- akan digantikan oleh Ag+ sehingga ion Cl- akan berada pada lapisan
sekunder (Khopkhar, 1990).
Titrasi merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk
mengetahui jumlah zat kimia yang luas pemakaiannya. Pada dasarnya cara
titrimetri ini terdiri dari pengukuran volume larutan pereaksi yang dibutuhkan
untuk bereaksi secara stoikiometri dengan zat yang akan ditentukan. Larutan
pereaksi ini biasanya diketahui kepekatannya dengan pasti dan disebut pentiter
atau larutan baku. Sedangkan proses penambahan pentiter ke dalam larutan zat
yang akan ditentukan disebut titrasi. Dalam proses titrasi pengendapan, ada
beberapa hal yang mesti diperhatikan yaitu sebagai berikut terjadinya kesetimbangan, zat yang akan ditentukan harus
bereaksi secara stoikiometri dengan zat pentiter, endapan yang
terbentuk harus cukup sukar larut, sehingga terjamin kesempurnaan reaksi sampai
99,9%, harus tersedia cara penentuan titik akhir yang
sesuai (Rivai, 1995).
Titrasi yang meliputi
reaksi-reaksi pengendapan tidak hampir demikian melimpah pada analisa
titrimetrik seperti yang meliputi reaksi-reaksi redoks. Titrasi yang terbatas
ini melibatkan pengendapan ion perak dengan ion seperti halogen dan
tiosianat. Hal ini disebabkan karena tidak adanya indikator yang sesuai. Pada
titrasi larutan encer, kecepatan reaksinya terlalu lambat untuk titrasi secara
mudah. Karen titik ekivalen didekati dan titran ditambahkan secara perlahan-lahan,
maka suatu derajat lewat jenuh yang tinggi tidak akan terjadi dan pengendapan akan berlangsung
secara lambat (Underwood dan Day, 1980).
Argentometri adalah
titrasi dengan menggunakan larutan AgNO3. Argentometri dibedakan menjadi
dua golongan, yaitu argentometri pemebentukan endapan dan Argentometri
pembentukan kompleks (Noor
dan Aminhar, 2006). Titrasi
argentometri merupakan titrasi dengan menggunakan larutan perak nitrat untuk menentukan
kadar halogen. Penelitian ini menggunakan titrasi argentometri dengan metode
Mohr yakni mula-mula Ag+ yang ditambahkan bereaksi membentuk endapan
AgCl berwarna putih. Apabila Cl- sudah habis bereaksi maka kelebihan
Ag+ selanjutnya bereaksi dengan CrO42- yang
berasal dari indikator K2CrO4 yang ditambahkan dan
membentuk endapan Ag2CrO4 yang berwarna merah bata,
berarti titik akhir titrasi sudah tercapai (Antara, et al., 2008).
Titrasi
argentometri didasarkan pada reaksi :
AgNO3 + Cl- AgCl + NO3-
Metode ini membutuhkan
larutan titran yang cukup banyak dan keakuratannya
sangat bergantung pada
kecermatan personal yang melakukan dalam menentukan
titik akhir titrasi
serta waktu titrasi yang cukup lama. Dalam praktek, biasanya
terjadi perbedaan
antara titk ekivalen dan titik akhir titrasi sehingga menyebabkan
hasil yang sedikit
bias (Rachmat, et al., 2010).
Pada proses
titrasi, pereaksi ditambahkan secara bertetes-tetes ke dalam
analit, biasanya
menggunakan buret. Pereaksi adalah larutan standar yang
konsentrasinya telah
diketahui dengan pasti dengan cara distandarisasi. Penambahan pereaksi
dilakukan terus menerus hingga teracapai ekivalen antara
pereaksi dan analit,
keadaan ini disebut titik ekivalen. Agar dapat mengetahui kapan terjadinya
ekivalen antara pereaksi dan analit, para kimiawan menambahakan zat kimia yang
dinamakan indikator. Indikator akan memberikan reaksi berupa perubahan warna
larutan, terbentuknya endapan, atau terbentuknya senyawa kompleks berwama. Saat
terjadinya tanggap tersebut disebut titik akhir titrasi (Soebiyanto, et al., 2005).
BAB III
METODOLOGI
PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum ini
dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 09 Oktober 2012 dan bertempat di
Laboratorium Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Haluoleo
Kendari.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah :
- Pipet ukur 25 mL
- Labu ukur 100 mL
- Erlenmeyer 250 mL
- Statif dan klem
- Buret 25 mL
- Gelas piala 250 mL
- Pipet tetes
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum
ini adalah :
- KBr
- Fluorosein 0,1 %
- AgNO3 0,1 N
- Aquades
C. Prosedur Kerja
1,2
gram KBr
|
-
dilarukan dengan aquades dalam labu
ukur 100mL
|
Larutan
KBr
|
Volume AgNO3 yang digunakan = 15 mL
Kadar Bromida
= 59,5 %
|
-
dipipet 25 mL
-
dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250mL
|
Larutan
KBr dalam erlenmeyer
|
-
ditambahkan tiga tetes larutan fluoresein 1%
- dititrasi dengan AgNO3
0,1 N
-
dikocok agak kuat sampai timbul warna pada permukaan endapan
-
dihitung volume AgNO3 yang terpakai
- dihitung kadar bromida
|
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan
No
|
Perlakuan
|
Hasil Pengamatan
|
1
|
KBr + Fluoresein
|
Menghasilkan warna hijau kekuning-kuningan
|
2
|
KBr + fluoresein dititrasi dengan AgNO3
|
Warna permukaan endapan merah muda
|
2. Perhitungan
Diketahui :
N AgNO3 = 0,1N = 0,1mol.ek/L
V AgNO3 = 15 mL = 15.10-3
L
Mr KBr = 119 g/mol
Berat sampel = 1,2 g
Ditanyakan
: % Bromida = ...?
Penyelesaian
:
Kadar
Bromida =
=
= 59,5
%
3.
Reaksi yang terjadi
: AgNO3 +
KBr AgBr +
KNO3
B. Pembahasan
Argentomentri atau Titrasi
pengendapan adalah penetapan kadar zat yang didasarkan atas reaksi pembentukan
endapan dari komponen zat uji dengan titran larutan perak nitrat. Pada
argentometri, ion perak memegang peranan penting dalam pembentukan endapan cara
ini dipakai untuk penetapan kadar ion halida, anion yang dapat membentuk
endapan garam perak, atau untuk penetapan kadar perak tersebut.
Titrasi
pengendapan merupakan titrasi yang melibatkan pembentukan endapan dari garam
yang tidak mudah larut antara titrant dan analit. Hal dasar yang diperlukan
dari titrasi jenis ini adalah pencapaian keseimbangan pembentukan yang cepat
setiap kali titran ditambahkan pada analit, tidak adanya interferensi yang
menggangu titrasi, dan titik akhir titrasi yang mudah diamati.
Pada percobaan ini bahan yang digunakan sebagai
titrant yaitu KBr. Pemilihan ion Br- ini karena mudah
teridentifikasi dan memiliki elektronegativitas tinggi yang cenderung membentuk
endapan. Ketika melarutkan KBr dengan aquades kemudian larutan tersebut
ditambahkan dengan indikator fluorosein dan dikocok sampai homogen terjadi
perubahan warna larutan menjadi hijau kekuning-kuningan. Pemberian indikator
fluorosein tersebut karena memberikan perubahan yang nampak pada titik akhir
titrasi. Selain itu, indikator fluorosein tidak ikut bereaksi namun
mempengaruhi proses titrasi. Setelah larutan berubah warna akibat penambahan
indikator, maka larutan selanjutnya dititrasi dengan AgNO3. Ketika tercapai
titik akhir pada larutan, ion Ag+ dalam keadaan berlebihan dan ion
Ag+ ini menjadi lapisan adsorpsi pertama dan ion NO3-
ditandai dengan warna merah muda pada permukaan endapan dari senyawa
kompleks antara ion fluorosein dan ion perak yang terbentuk pada permukaan
setelah kelebihan ion perak dan pemberian fluorosein. Titik eqivalen terjadi
karena titrant dan titratnya memiliki jumlah mol yang sama.
Larutan tersebut dititrasi sampai muncul sifat
fisika dari larutan seperti perubahan warna dan terbentuknya endapan sehingga pada saat itulah titrasi dihentikan
atau disebut titik akhir titrasi. Terbentuknya endapan tergantung dari Ksp
suatu larutan. Jika Ksp<Q maka larutan akan membentuk endapan. Setelah
tercapai titik akhir titrasi maka dihitung volume AgNO3 yang
digunakan yaitu sebesar 15 mL sehingga dapat dihitung kadar bromida dalam
larutan sebesar 59,5 %.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan ini
adalah kadar bromida dalam sampel dengan cara fajans sebesar 59,5 %.
B. Saran
Saran yang dapat saya berikan adalah kelengkapan
bahan yaitu AgNO3 untuk percobaan titrasi pengendapan ini segera
dilengkapi agar praktikan bisa melakukan dan menganalisa sendiri tentang
titrasi pengendapan.
DAFTAR PUSTAKA
Antara, I K. G., I W. Budiarsa
Suyasa, dan A. A. Bawa Putra, 2008, Kajian
Kapasitas dan Efektivitas Resin Penukar Anion untuk Mengikat Klor dan
Aplikasinya pada Air, Jurnal Kimia 2. Vol.
2 No. 87.
Badawi, Rachmat, Ismulawardi, Agoes Noegraha, dan Subroto,
2010, Pemanfaatan Grafit Pensil sebagai
Elektrode Selektif Ion
Bermembran AgCl/Ag2S untuk Analisa Ion Klorida, Fakultas Farmasi Universitas
Airlangga, Surabaya.
Khopkhar, SM.,
1990,
Konsep Dasar Kimia
Analitik, UI Press, Jakarta.
Rivai. H., 1995, Asas Pemeriksaan Kimia, Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Soebiyanto, Nur Hidayati, Dewi Sulistyawati, 2005, Konsentrasi Indikator Terkontrol Pada
Argentometri Mohr, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Setia Budi, Surakarta.
Underwood, A.L, dan Day,
R.A., 1981, Analisis Kimia Kuantitatif,
Erlangga, Jakarta.
Vogel, 1985, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Jilid I, PT. Kalman Media Pustaka, Jakarta.
Yudhi, Noor dan Aminhar Lakoni, 2006, Analisis Khlorida Di Dalam Serbuk UO2 dengan Teknik Titrasi Potesiometrik, Prosiding
Presentasi Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuklir VI, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar