LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I
PERCOBAAN IV
TETAPAN
KALORIMETER
O L E H
NAMA :
SARTINI
STAMBUK :
F1C1 11 046
KELOMPOK :
I
ASISTEN PEMBIMBING : LA ODE
MUH. KAMAL
LABORATORIUM KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Secara umum untuk mendeteksi adanya
kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu dengan mengukur suhu benda tersebut.
Jika suhunya tinggi, maka kalor yang dikandung oleh benda sangat besar, begitu
juga sebaliknya jika suhunya rendah maka kalor yang dikandung sedikit.
Kalor adalah berbentuk energi yang
menyebabkan suatu zat memiliki suhu. Jika zat menerima kalor, maka zat itu akan
mengalami suhu hingga tingkat tertentu sehingga zat tersebut akan mengalami
perubahan wujud, seperti perubahan wujud dari padat menjadi cair. Sebaliknya
jika suatu zat mengalami perubahan wujud dari cair menjadi padat maka zat
tersebut akan melepaskan sejumlah kalor.
Kalorimeter adalah alat yang digunakan
untuk mengukur kalor atau energi panas. Pertukaran energi kalor merupakan dasar
teknik yang dikenal dengan nama kalorimetri, yang merupakan pengukuran
kuantitatif dari pertukaran kalor.
Dari pemaparan di
atas, maka pada percobaan ini dilakukan tetapan kalorimeter agar dapat
mempelajari sifat-sifat kalorimeter dan tetapan kalorimeter sebagai dasar
percobaan-percobaan yang lain. Untuk itu kita perlu menentukan berapa banyak panas yang diserap oleh
kalorimeter beserta kalorimeter, termometer dan pengaduknya sebagai tetapan kalorimeter.
B.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan
masalah pada percobaan ini adalah :
1.
Bagaimana mengetahui sifat-sifat kalorimeter ?
2.
Bagaimana menentukan tetapan kalorimeter sebagai dasar pecobaan-percobaan yang lain ?
C.
Tujuan Percobaan
Adapun tujuan percobaan adalah sebagai
berikut :
1. Mengetahui sifat-sifat kalorimeter.
2. Menentukan tetapan kalorimeter sebagai
dasar pecobaan-percobaan yang lain.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Kalor
adalah berbentuk energi yang menyebabkan suatu zat memiliki suhu. Jika zat
menerima kalor, maka zat itu akan mengalami suhu hingga tingkat tertentu
sehingga zat tersebut akan mengalami perubahan wujud, seperti perubahan wujud
dari padat menjadi cair. Sebaliknya jika suatu zat mengalami perubahan wujud
dari cair menjadi padat maka zat tersebut akan melepaskan sejumlah kalor (Petrucci,
1987).
Pengukuran
jumlah kalor reaksi yang diserap atau dilepaskan pada suatu reaksi kimia dengan
eksperimen disebut kalorimetri. Dengan menggunakan hukum Hess, kalor reaksi
suatu reaksi kimia dapat ditentukan berdasarkan data perubahan entalpi
pembentukan standar, energi ikatan dan secara eksperimen. Proses dalam
kalorimetri berlangsung secara adiabatik, yaitu tidak ada energi yang lepas
atau masuk dari luar ke dalam calorimeter (Keenan, 1980).
Suatu bentuk
energi yang menyebabkan materi mempunyai suhu disebut kalor. Kalor Juga dapat
menyebabkan perubahan wujud. Apabila suatu zat menyerap kalor, maka suhu zat
itu akan naik sampai tingkat tertentu hingga zat itu akan mencair (jika zat
padat) atau akan menguap (jika zat cair). Sebaliknya jika kalor dilepaskan dari
suatu zat, maka zat itu akan turun hingga tingkat tertentu hingga zat itu akan
mengembun (jika zat gas) atau membeku (jika zat cair) (Wahyu, 2010).
Nilai kalor
merupakan faktor terpenting dalam sifat energi dan biasanya berhubungan dengan benda
sebagai penghantar panas, yang dimaksud dengan pengantar panas adalah jumlah
panas dalam British Termal Unit (BTU) yang dialirkan pada benda yang
memiliki ketebalan satu inchi dan luas permukaan satu feet persegi
selama satu jam untuk menaikan temperatur 10F pada permukaan benda tersebut (Favan,
et al., 2010).
Kalorimeter bahan bakar adalah alat ukur nilai kalor pembakaran suatu bahan bakar
cair. Prinsip kerja alat ini adalah
dengan mengukur temperatur air di dalam kalorimeter sebelum dan sesndah
pembakaran di dalam kalorimeter tersebut. Akurasi pengukuran nilai kalor
pembakaran dengan menggunakan alat ini ditentukan pada kecermatan dalam
mengamati nilai temperatur air didalam kalorimeter sebelum dan sesndah
pembakaran di dalam kalorimeter (Bambang, 2004).
BAB III
METODOLOGI
PRAKTIKUM
A.
Waktu dan Tempat
Praktikum ini
dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 9 Nopember 2012 dan bertempat di
Laboratorium Kimia Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Haluoleo Kendari.
B.
Alat dan Bahan
1.
Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah :
-
Kalorimeter, pengaduk, bahan
isolasi
-
Termometer (0-50 0C)
-
Gelas ukur 50 ml
-
Gelas kimia 50 ml
-
Pembakar gas
-
Stopwatch
2.
Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah:
-
Aquades
C.
Prosedur Kerja
Aquades
|
- diukur dalam gelas ukur sebanyak 50
mL
- dimasukkan ke dalam kalorimeter yang telah dirangkai
|
Aquades dalam kalorimeter
|
-
diaduk
-
diukur dan dicatat suhunya
setiap 30 detik sampai menit ke-4
- dimasukkan air panas 50 mL (40oC)
pada menit ke-4
- diaduk
- dicatat suhunya setiap 30 detik
sam pai menit ke-8
- dihitung tetapan kalorimeter
- dibuat kurva hubungan antara
waktu dan suhu
|
K =
-148,6 J/oC
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Pengamatan
1. Data
pengamatan
Sebelum Pencampuran air panas
|
Setelah pencampuran air panas
|
||
Waktu (menit)
|
Suhu (oC)
|
Untuk air panas 40oC
|
|
Waktu (menit)
|
Suhu (oC)
|
||
0
|
31
|
270
|
38
|
30
|
31
|
300
|
38
|
60
|
31
|
330
|
37
|
90
|
31
|
360
|
37
|
120
|
31
|
390
|
37
|
150
|
31
|
420
|
37
|
180
|
31
|
450
|
36
|
210
|
31
|
480
|
36
|
240
|
31
|
2. Grafik
3. Perhitungan
Diketahui : Tair dingin = 31 oC
air
= 0,9963g/mL
Tair
panas = 40 oC Vair dingin = 50 mL
Tpencampuran = 38 oC Vair panas = 50 mL
Penyelesaian :
1) ΔT kalor lepas air panas = Tair panas - Tpencampuran
= 40 oC - 38 oC
= 2 oC
2) ΔT kalor diterima air dingin = Tpencampuran - Tair
dingin
= 38 oC - 31 oC
= 7 oC
3)
Kalor
yang dilepas air panas
m =
air . V
= 0,9957 g/mL . 50 mL
= 49,785 g
Q
= m . c . ∆T
=
49,785 gr . 4,18 J/g oC . 2 oC
=
416,2 J
4) Kalor yang diterima air dingin
Q
= m . c . ∆T
=
49,785 gr . 4,18 J/g oC .7 oC
=
1456,7 J
5)
Asas black
Kalor lepas = Kalor diterima
Qair
panas = Qair dingin – Qkalorimeter
Qkalorimeter =
Qair panas - Qair
dingin
= 416,2 J – 1456,7 J
= -1040,5
J
6) Tetapan Kalorimeter =
=
= -148,6 J/oC
B.
Pembahasan
Kalor adalah energi dalam yang dipindahkan
dari benda bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah ketika kedua benda
disentuhkan (dicampur). Sedangkan energi dalam menyatakan total energi, yaitu
jumlah energi kinetik dan energi potensial, yang dmiliki oleh seluruh
molekul-molekul yang terdapat dalam benda.
Kalorimeter adalah alat yang
digunakan untuk mengukur perubahan panas disebut dengan kalorimeter.
Setiap kalorimeter mempunyai sifat khas dalam mengukur panas. Ini
terjadi karena kalorimeter tersebut terbuat dari berbagai jenis
seperti gelas, polietena dan logam sehingga mempunyai kemampuan
menyerap panas yang berbeda.
Prinsip dari kalorimeter adalah
memanfaatkan perubahan fase dari sifat fisik suatu zat untuk membandingkan
kapasitas penerimaan kalor dari zat-zat yang berbeda. Prinsip pengukuran pada
percobaan ini disebut kalorimetri. Alat pengukur kalor jenis zat berdasarkan
prinsip kalorimetri disebut kalorimeter.
Kelemahan kalorimeter adalah dapat
menerima panas. Karena itu kalorimeter harus dikalibrasi menggunakan tetapan
yang disebut tetapan kalorimeter. Dengan menggunakan tetapan kalorimeter ini
dapat diukur besarnya kalor yang diserap oleh kalorimeter sehingga perubahan
kalor dalam reaksi dapat diukur secara keseluruhan.
Pengukuran kalor jenis dengan kalorimeter
didasarkan pada asas Black. Teori yang dikemukakan oleh Joseph Black
atau lebih dikenal dengan azas Balck. Yaitu, apabila dua benda yang suhunya
berbeda dan dicampur, maka benda yang lebih panas melepas kalor kepada benda
yang lebih dingin sampai suhu keduanya sama. Sebuah benda untuk menurunkan ΔT akan melepaskan kalor
yang sama besarnya dengan banyaknya kalor yang dibutuhkan benda itu untuk
menaikkan suhunya sebesar ΔT juga.
Pada percobaan ini, dilakukan pencampuran antara aquades yang tidak dipanaskan
dan aquades yang dipanaskan. Dengan memasukkan air ke dalam kalorimeter sambil
diaduk dan dihitung suhunya maka diperoleh suhu sebelum pencampuran air panas
dari menit ke 30 sampai menit 240 sebesar 31ºC. Suhu yang tetap tersebut
dikarenakan belum adanya kalor yang diserap oleh kalorimeter sehingga suhu air
dari menit ke 30 sampai menit 240 sama. Setelah pencampuran air panas, suhu
yang semula tetap naik secara perlahan karena kalorimeter telah menyerap panas
dari pencampuran air tersebut. Hal ini
sesuai dengan asas Black yaitu dua benda yang suhunya
berbeda dan dicampur, maka benda yang lebih panas melepas kalor kepada benda
yang lebih dingin sampai suhu keduanya sama
sehingga jika energi dari reaksi kimia eksotermal
diserap air, perubahan suhu dalam air akan mengukur jumlah panas yang
ditambahkan. Dari hasil pengamatan, terlihat bahwa semakin lama
pencampuran maka suhu akan semakin menurun. Hal ini dikarenakan air tersebut
melepaskan kalor dari sistem ke lingkungan. Pada menit-menit terakhir, suhu
yang dihitung pada termometer tidak berubah suhunya,
ini membuktikan sifat kalorimeter yaitu menjaga suhu, dan tidak ada pengaruh
dari lingkungan.
Energi yang diterima air dingin tidak
sama dengan
yang dilepas oleh air panas. Ini dikarenakan sifat dari kalorimeter yang dapat
menyerap kalor sehingga tidak semuanya kalor dapat diterima oleh air dingin.
Sifat-sifat kalorimeter adalah
menjaga suhu suatu zat dan tidak terpengaruh oleh lingkungan, sifatnya dalam
proses adalah secara adiabatik yaitu tidak ada energi yang lepas atau masuk dari luar ke dalam
kalorimeter. Berdasarkan azas Black yaitu kalor yang diterima oleh kalorimeter
sama dengan kalor yang diberikan oleh zat yang dicari kalor jenisnya.
Terdapat beberapa fungsi perlakuan
yaitu pengadukan secara terus-menerus, bukan untuk menaikkan suhu zat dalam
kalorimeter, melainkan agar penyebaran kalor dapat merata pada kalorimeter.
Pemanasan H2O berfungsi untuk membandingkan suhu air panas dan suhu
air dingin di dalam kalorimeter. Pencampuran dan pengukuran berfungsi untuk
membuktikan fungsi kalorimeter yaitu dapat menjaga/mempertahankan kalor.
Dari data-data yang
diperoleh, dapat dihitung ΔT
kalor lepas air panas sebesar 2oC, ΔT kalor diterima air dingin 7oC, Kalor yang dilepas air panas 416,2 J, Kalor yang diterima air dingin 1456,7 J, dan dengan menggunakan asas Black yaitu Qlepas=Qterima diperoleh Qkalorimeter sebesar -1040,5 J. Sehingga dari hasil tersebut didapat tetapan
kalorimetri maka diperoleh -148,6 J/oC.
Nilai minus pada
tetapan kalorimeter merupakan suatu kesalahan yang menyebabkan nilai kalor yang
diterima air dingin lebih besar dibanding dengan nilai kalor yang diterima air
panas. Dalam hal ini terjadi reaksi eksoterm dimana kandungan panas dari sistem menurun sehingga sistem melepaskan kalor
ke lingkungan. Hal ini
melenceng dari teori dimana fungsi kalorimeter yaitu
dapat menjaga/ mempertahankan kalor.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan
dari percobaan ini dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut :
1. Kalorimeter bersifat menyerap kalor dari
larutan yang dimasukkan pada alat tersebut dan menjaga suhu suatu zat dan tidak terpengaruh
oleh lingkungan, sifatnya dalam proses adalah secara adiabatik yaitu tidak ada energi
yang lepas atau masuk dari luar ke dalam kalorimeter.
2. Tetapan kalorimeter yang
diperoleh adalah sebesar -148,6
J/oC.
DAFTAR PUSTAKA
Herlambang, Bambang Djuhana, 2004, “Rancang Bangun Sistem Pengamatan Temperatur Air Berbasis Pc Untuk
Pengukuran Nilai Air Kalorimeter Suatu Prototipe Kalorimeter Bahan Bakar”, Volume 28, No. 2.
Keenan. 1980. Kimia
untuk Universitas Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Onu, Favan, Sudarja, Muh. Budi Nur Rahman, 2010, “Pengukuran
Nilai Kalor Bahan Bakar Briket Arang Kombinasi Cangkang Pala (Myristica Fragan Houtt) dan Limbah
Sawit (Elaeis Guenensis)”, Seminar Nasional Teknik Mesin UMY.
Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan
Terapan Modern Jilid 2 Edisi 4. Jakarta: Erlangga.
Wahyu, Widiatmo, 2010, “Penelitian Nilai Kalor Bahan Bakar Biomassa
Pada Limbah Kotoran Hewan”, Seminar Nasional Teknik Mesin UMY.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar